Tuesday, May 24, 2005

Sinema Pool & Cafe

Terletak tepat di depan gedung Badan Sensor Film Indonesia yang berada di jalan M T Haryono, kira-kira 500 m ke arah timur dari perempatan Pancoran. Tempat gak susah di cari, tempat parkirnya luas, bisa nampung kira2 100an mobil, keknya sih aman, karena daerah sekitarnya bukan daerah yang rawan. (Dekat komplek POLRI) Bayar parkirnya pun gak mahal, terserah kita mo ngasih berapa ke satpamnya. (Biasanya sih 1000 perak)
Fasilitas yang ada yaitu 15 buah 9-feet pool table merk
Murrey, table clothnya Iwan Simonis (terakhir kesana, sebagian baru aja di ganti dengan yang baru), cushionnya masih OK banget, table lightnya juga ok. Untuk house cuenya gak bermerk, tapi kualitasnya lumayan, kondisipun terawat, masih lurus, tipnya juga masih bagus. Nah untuk service dari table girlnya, not bad, cuma kadang2 kalo pas lagi penuh banget, kita harus naikin sendiri bolanya. Soundsystemnya, hmm ngebass but not to loud, lagunya biasa2 aja, ngga terlalu ngebeat, jadi gak ngeganggu konsentrasi. Untuk urusan perut, gak usah khawatir, udah di sediain menu makanan dan minuman yang komplet, tinggal pesen aja. (Tapi jangan lupa bayar) Harganya standar cafe, medium prize lah.
Untuk sewa mejanya perjamnya "cuma 30.000" ajah. Tapi untuk meja, suasana, dan fasilitas yang ada, kayanya sih gak masalah.

Friday, May 20, 2005

My Personality Test Result

Beberapa hari yang lalu aku dapet email yang isinya test personality berdasarkan dari 9 bentuk dan warna abstrak yang paling disenangi. Dan ini adalah hasil dari test tersebut :



Introspektif, Sensitif, Reflective

Kamu lebih sering dan fokus terhadap diri dan lingkungan sendiri daripada berinteraksi dengan orang lain. Kamu membenci kedangkalan, lebih senang menyendiri daripada terluka karena bisikan orang. Tapi hubunganmu dengan teman-teman sangat intensif, yang memberikanmu ketenangan dan keserasian yang kamu butuhkan untuk merasa baik. Bagaimanapun itu bukan masalah bagimu untuk menyendiri untuk beberapa waktu tanpa menjadi bosan.

Well, aku cuma bisa bilang "Wooow, gue bangged".

Thursday, May 19, 2005

Dibawah satu langit

Pepatah "Dibawah satu langit", sebuah kalimat yang aku ambil dari film Jet Lee di "HERO", (film yang setelah sekian lama akhirnya aku tonton, itu juga gara2 di tayangin di sebuah TV swasta) Hanya cukup 3 kata untuk menyatukan seluruh daratan China.
Di dalam film itu di ceritakan seorang pendekar yang ingin membalaskan dendam atas penaklukan Raja Cing terhadap sukunya, dengan keahlian pedangnya yang super hebat dia sangat yakin akan kemampuannya, bahkan sang raja pun telah merelakan nyawanya di hadapan sang pendekar. Tetapi ternyata nafsunya yang begitu membara dapat di kalahkan hanya dengan sebuah kalimat pendek yang di ucapkan oleh seorang sahabatnya seorang ahli bahasa.
Intisari dari cerita di atas adalah bahwa suatu negara tidak akan menjadi besar jika terjadi kutub2 dalam masyarakatnya, mengalami polyisme kepemimpinan. (seperti dengan adanya demokrasi yang multi partai yang keblablasan yang selalu berjualan kecap no 1) Negara seharusnya berjalan dengan seorang pemimpin yang layaknya sebagai sebuah tempat bernaung, seperti langit yang memang menaungi semua rakyatnya. Keberhasilan seorang pemimpin yang besar sangat di tentukan apabila mendapat dukungan oleh seluruh rakyatnya, dan juga diperlukan adanya sifat nerimo dan mengalah dari seluruh rakyat dan juga pemimpinnya (yang benar adalah yang benar), berani berkorban demi kebenaran. Apabila makna dari pepatah ini dapat dipahami oleh seluruh bagian masyarakat suatu negara, mungkin semua perselisihan, permusuhan, pertikaian yang terjadi, akan mudah di selesaikan dengan kepala dingin, dan niscaya negara itu akan menjadi negara yang besar dan di segani, rakyat pun bangga menjadi bagian dari negara tersebut.
Semoga arti kata "dibawah satu langit" ini dapat dipahami oleh orang2 yang diberi kepercayaan rakyat untuk menjadi penguasa, semoga mereka tidak hanya menginginkan kekayaan dengan berlindung pada kekuasaan yang telah terbeli.

Wednesday, May 11, 2005

Jenuh

Jenuh, hmm ketika aku merasa tertekan, sumpek dan bosan dengan segala aktifitas keseharian, mungkin itu yang bisa dikatakan sebagai jenuh. Jenuh, dari segi bahasa mungkin bisa juga dikatakan mendekati, atau melewati perbatasan sehingga tidak dapat terisi atau ditambah kembali. Nah permasalahan yang aku hadapi adalah, batas yang harus dihadapi adalah batas dengan segala kemayaannya, sehingga aku tidak tau kapan, dimana, kenapa jenuh itu bakal mulai terisi atau mulai berkurang. So what should i do? Meninggalkan semua kesibukan dan aktifitas harian yang telah menjadi kewajibanku sebagai seorang pengais dari sebuah harapan yang telah di tawarkan ibukota? I miss my home town, ketika hidup tidak harus menjadi seorang egoism, duitism, dan predatorism. I miss Bali, ketika orang masih peduli dengan budayanya, lingkungannya, dengan serta merta membantu orang yang membutuhkan pertolongan, dengan segera meninggalkan segala aktifitasnya tanpa ragu2 lagi. Mungkinkah kejenuhan terjadi karena aku telah terjebak di gamangnya kehidupan ibukota, yang telah merubah sifat sikap seseorang untuk melupakan fungsi sosialnya terhadap masyarakat??? Apakah ini yang di maksud dengan kehidupan imperialis baru, kehidupan yang di gembar gemborkan sebagai kehidupan masyarakat barat yang penuh dengan kebebasan? Dimana adat ketimuran yang selalu menjadi kebanggaan orang Indonesia?
Jika hidup di kota segamang Jakarta, dan ketika segala aktifitas akan selalu berhadapan dengan tekanan, tekanan dan tekanan. Selamat datang di dunia baru, dunia egoism, dunia yang akan mengaburkan nilai sosialism terhadap sesama. Gak percaya???

Wednesday, May 04, 2005

Sub Pool House

Sub Pool House, terletak di basement Pasar Festival Kuningan, di depan tempat latihan body building di samping kantor perwakilan PSSI (kalo gak salah, nti kalo kesono lagi, gue update deh).
Fasilitas yang di tawarkan : 5 meja pool, 9 feet merk Thunderbird ( made in Indonesia, kalo gak salah), table cloth in bad condition. House Cuenya gak jelas merknya, banyak yang bengkok daripada yang lurus, tipnya mekar semua. (Dikasih air ma pupuk kali ye???) Table girlnya lumayan rajin, walau kadang2 belaga cuek. Food optionnya gak banyak, kalo pesen makanan malah kadang2 di ambilin dari resto sebelah, jadi gak nafsu mo pesen minum ato makanan. Music yang di setel cenderung slow, volume suaranya juga gak terlalu kenceng. Kayanya ini doang deh sisi positifnya, ngedukung kalo pas mo maen konsen.
Gue pernah nanya ma table girlnya, knapa koq mejanya dikit banget? Dia bilang, "Nanti mas, 3 bulan lagi mo di gedhein, totalnya jadi 25 meja." So, we ll see aja lah, dan semoga mejanya di ganti ma yang bagusan dikit ato malah di ganti ma Brunswick. (Kalo bener, gue bakal maen terus di situ deh).
Oh ya ketinggalan, per gamenya kalo gak salah 28 ribu per jamnya. Terlalu mahal di bandingkan dengan fasilitas yang di tawarkan. Wanna meet me???? See you there every Tuesday, around 5 till 6 in d afternoon.