Wednesday, May 11, 2005

Jenuh

Jenuh, hmm ketika aku merasa tertekan, sumpek dan bosan dengan segala aktifitas keseharian, mungkin itu yang bisa dikatakan sebagai jenuh. Jenuh, dari segi bahasa mungkin bisa juga dikatakan mendekati, atau melewati perbatasan sehingga tidak dapat terisi atau ditambah kembali. Nah permasalahan yang aku hadapi adalah, batas yang harus dihadapi adalah batas dengan segala kemayaannya, sehingga aku tidak tau kapan, dimana, kenapa jenuh itu bakal mulai terisi atau mulai berkurang. So what should i do? Meninggalkan semua kesibukan dan aktifitas harian yang telah menjadi kewajibanku sebagai seorang pengais dari sebuah harapan yang telah di tawarkan ibukota? I miss my home town, ketika hidup tidak harus menjadi seorang egoism, duitism, dan predatorism. I miss Bali, ketika orang masih peduli dengan budayanya, lingkungannya, dengan serta merta membantu orang yang membutuhkan pertolongan, dengan segera meninggalkan segala aktifitasnya tanpa ragu2 lagi. Mungkinkah kejenuhan terjadi karena aku telah terjebak di gamangnya kehidupan ibukota, yang telah merubah sifat sikap seseorang untuk melupakan fungsi sosialnya terhadap masyarakat??? Apakah ini yang di maksud dengan kehidupan imperialis baru, kehidupan yang di gembar gemborkan sebagai kehidupan masyarakat barat yang penuh dengan kebebasan? Dimana adat ketimuran yang selalu menjadi kebanggaan orang Indonesia?
Jika hidup di kota segamang Jakarta, dan ketika segala aktifitas akan selalu berhadapan dengan tekanan, tekanan dan tekanan. Selamat datang di dunia baru, dunia egoism, dunia yang akan mengaburkan nilai sosialism terhadap sesama. Gak percaya???

1 comment :

Anonymous said...

Itulah sebabnya kenapa Tuhan mewajibkan manusia agar selalu belajar mengetahui mistery2 alam raya yang kalau kita melaksanakannya ,seengaknya disaat-saat kita bosan ada hal lain yang bisa kita pikirkan atau kita kerjakan.